Awalnya Bertujuan Kristenkan Muslim Mindanao, Soria Malah Putuskan Jadi Seorang Muslim



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIGMcKEKRRY9SBu43SUZ9503rcwf_a7DED1w3Q38YJ-fWTE9u3wWyoUa7k-38mgNaIq54D5pthEFGtqyUww2mTbjz3fmTUUxwfI_Hh7cl5oXPikrgIcP31UT_ffjaG7425F9xR0Az_QL8/s1600/belajar+agama+islam.jpg

KETIKA Nur Misuari menginginkan Mindanao memisahkan diri dan menjadi negara Islam, seorang teolog dan sosiolog kelahiran Mindanao bangkit dan berpendapat bahwa pulau Filipina selatan tidak akan pernah jatuh ke tangan Muslim.

Imam Katolik Estanislao Soria berkampanye melawan pengambilalihan Moros dari seluruh Mindanao.
“Saya tidak setuju dengan Mr Misuari, oleh karena itu saya berkampanye melawan gerakan Moro,” kata Soria, yang populer dikenal sebagai “Bapak Stan”.

Soria tidak ingin berdebat tanpa dasar karena ia adalah seorang akademisi dan teolog, ia dididik di lembaga-lembaga pembelajaran yang dikelola Yesuit.

Lakukan penelitian tentang Islam

Dia memulai penelitian historis dan sosiologis untuk mendukung argumennya. Meskipun dalam pikirannya ada tujuan untuk mengonversi orang-orang Muslim ke Kristen. Hal itu memaksanya untuk membaca tulisan-tulisan tentang Islam, dan hasilnya mengejutkan, penelitian ini membawanya kepada Islam.

“Sebagai seorang ahli bahasa berpengalaman dalam bahasa Latin Yunani dan Ibrani, saya pikir saya bisa belajar bahasa Arab dengan mudah. Saya juga ingin menerjemahkan tulisan Arab ke dalam bahasa Inggris serta menerjemahkan ideologi Barat seperti eksistensialisme ke dalam bahasa Arab, tapi saya sadar itu sangat sulit,” kata Soria.

Soria percaya bahwa menerjemahkan tulisan-tulisan dari Barat ke dalam bahasa Arab akan membuat umat Islam di Mindanao bisa menghargai agama Kristen daripada Islam. “Saya ingin membuka pikiran mereka kepada Kristen, karena saya telah mendengar banyak hal negatif tentang Muslim. Saya berkata pada diri sendiri bahwa mereka harus dididik,” tuturnya.

Tapi untuk mendapatkan hal itu, Soria menyadari bahwa orang yang dianggap sebagai “ayah Gereja” seperti Saint Thomas Aquinas, mendapat pengetahuan mereka dari bacaan dan ajaran Islam, dan banyak ideologi Barat telah lama dibahas dalam Islam.

“Bacaan saya tercerahkan bahwa pengalaman peradaban Barat ini muncul dari ajaran Islam. Setelah membaca lebih dalam karya teolog Islam, kemudian saya mengubah cara pandang saya tentang Islam,” jelas Soria.

“Saya bahkan menyadari bahwa Injil Barnabas bahkan lebih dipercaya daripada Injil dari empat penginjil lainnya, termasuk dalam Alkitab,” tambahnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0nLmbF0VJrnHXieRmNpnEpE-S6hQhP0sb0t_ek4r7p70Av_lQsaWONff_BNThTG-4xu4vi2Hwf3kSvxypmUmQFzG_mwM_zFYeKkHW7xDQtb_cWQM8E5szxeFRkNep4Al_sILZvuvlfyRI/s1600/Belajar+Islam+Melalui+Internet+Lalu+Menjadi+Muallaf.jpg

Masuk Islam, dikecam kerabat dan kaumnya terdahulu

Pada tahun 2001, Soria menjabat sebagai pastor paroki di berbagai kota, setelah mengikuti studi perguruan tinggi dan teologinya di Xavier University dan Loyola School of Theology. Kedua universitas itu dikelola oleh Yesuit Ateneo de Manila University. Namun ternyata Soria malah memeluk Islam.
Sejak saat itu dia dikenal sebagai Muhammad Soria, tapi banyak dari teman-temannya termasuk orang Muslim masih memanggilnya sebagai “Bapa Stan.”

Soria mengatakan bahwa keputusannya itu mendapat kecaman dan anggapan jijik dari sebagian kerabat dan mantan umatnya terdahulu. Pengalaman itu serupa dengan apa yang dihadapi oleh mereka yang beralih menjadi Muslim.

Soria berperan aktif di dalam Islam, tidak hanya dalam hal beragama, tetapi juga dalam hal cara hidup.
Dia sudah pergi haji selama lima kali, menjadi anggota Gerakan Dakwah Islam di Filipina. Dia juga menikah dengan seorang wanita yang berusia 24 tahun, pada tahun lalu setelah sebelumnya pernah hidup selibat dan langsung dihentikan setelah masuk Islam.

Umat Islam mendunia

Soria mengatakan bahwa umat Islam harus belajar dari orang-orang Kristen dalam struktur penyebaran ajaran agama. Baginya, memiliki struktur sangat akan membantu dalam menyebarkan ajaran agama Islam sebagaimana struktur telah membantu orang-orang Kristen dalam menyebarkan ajaran agama mereka.

Misalnya, umat Islam harus mendirikan universitas di seluruh dunia, sebagaimana misionaris katolik dengan universitas mereka. “Mengapa tidak bisa negara-negara Islam menghasilkan penceramah dan melakukan apa yang para misionaris Kristen lakukan?” tandasnya.

Soria lebih lanjut mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk mengintektualisasikan Islam melalui rasionalitas, karena dengan demikian ajaran yang terkandung dalam Al-Quran akan lebih baik dihargai oleh orang-orang yang benar-benar baru masuk Islam.

Sumber

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

0 comments:

Post a Comment