Irjen Pol (Purn) Anton Tabah: Pelanggar HAM Berat Insiden Tolikara Kok Diundang ke Istana
DEWAN Pakar KAHMI Irjen Pol (Purn) Anton Tabah menyesalkan Presiden Jokowi yang memanggil sejumlah pengurus Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) ke Istana Negara, Jumat (24/7/2015), setelah dua orang jemaatnya ditetapkan sebagai tersangka tragedi Tolikara, 17 Juli 2015 lalu.
Menurut Anton, sebagai Kepala Negara Jokowi melanggar etika negara, disaat pelanggar berat HAM terkait tragedi Tolikara masih dalam proses hukum. “Pelanggar hukum kok dipanggil ke Istana. Itu tak ubahnya Petruk jadi Ratu alias nggak punya aturan,” ujar Anton.
Anton juga menyesalkan Jokowi saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Senin (27/7/2015). Keduanya malah membuat kesepakatan untuk menyikaat Islam Ekstrim, tanpa menyebut Kristen Ekstrim. Padahal momennya bertepatan dengan insiden Tolikara. Yang membuat kesal Anton Tabah adalah media kita yang tidak nasionalis dan perlu ditanyakan rasa nasionalisnya.
Sebagai contoh, media kita menulis, perusuh Tolikara sebagai korban, Dibakar ditulis terbakar. Ia bahkan menyebut nama majalah berita ternama sebagai media yang tendensius. Terlebih terkait kasus Tolikara. Anton lagi-lagi kesal saat umat Islam sedang melaksanakan shalat Ied di lapangan Koramil, tiba-tiba terjadi penyerangan oleh massa yang jumlahnya ribuan.
“Yang diserang itu instalasi militer lho. Karena itu, negara harus tegas. Menurut Anton, polisi sudah semakin cerdas. Polisi sudah mengikuti aturan Konvensi PBB yang menjadi pedoman bagi polisi di seluruh dunia, tentang bagaimana menggunakan senjata. “Tindakan yang dilakukan polisi di Tolikara dengan menembak para perusuh, sudah sangat profesional dan proporsional,” ujarnya.[Desastian/Islampos]
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Menurut Anton, sebagai Kepala Negara Jokowi melanggar etika negara, disaat pelanggar berat HAM terkait tragedi Tolikara masih dalam proses hukum. “Pelanggar hukum kok dipanggil ke Istana. Itu tak ubahnya Petruk jadi Ratu alias nggak punya aturan,” ujar Anton.
Anton juga menyesalkan Jokowi saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Senin (27/7/2015). Keduanya malah membuat kesepakatan untuk menyikaat Islam Ekstrim, tanpa menyebut Kristen Ekstrim. Padahal momennya bertepatan dengan insiden Tolikara. Yang membuat kesal Anton Tabah adalah media kita yang tidak nasionalis dan perlu ditanyakan rasa nasionalisnya.
Sebagai contoh, media kita menulis, perusuh Tolikara sebagai korban, Dibakar ditulis terbakar. Ia bahkan menyebut nama majalah berita ternama sebagai media yang tendensius. Terlebih terkait kasus Tolikara. Anton lagi-lagi kesal saat umat Islam sedang melaksanakan shalat Ied di lapangan Koramil, tiba-tiba terjadi penyerangan oleh massa yang jumlahnya ribuan.
“Yang diserang itu instalasi militer lho. Karena itu, negara harus tegas. Menurut Anton, polisi sudah semakin cerdas. Polisi sudah mengikuti aturan Konvensi PBB yang menjadi pedoman bagi polisi di seluruh dunia, tentang bagaimana menggunakan senjata. “Tindakan yang dilakukan polisi di Tolikara dengan menembak para perusuh, sudah sangat profesional dan proporsional,” ujarnya.[Desastian/Islampos]
0 comments:
Post a Comment