Pengamat Teroris Menduga Adanya Sentuhan Intelijen dalam Bom Paris
SAMPAI saat ini belum diketahui, untuk siapa pesan bom Paris ini ditujukan. Mengingat hasil forensik terakhir, telah ditemukan dua jenazah. Yang satu dari intelejen Prancis itu sendiri, dan jenazah kedua, dari sosok yang memiliki paspor Suriah, tapi kemudian dikabarkan ternyata paspor tersebut palsu.
“Kalau benar intelejen, maka terindikasi melibatkan orang dalam. Ini tidak bisa dikatakan teorisme murni. Seperti diketahui, Prancis, AS, Australia, dan Kanada, adalah negara-negara yang sistem keamanannya paling canggih di dunia. Karenanya, tidak mungkin bobol oleh orang luar, kecuali melibatkan orang dalam,” ujar Mustofa B Narrawardaya, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) kepada Islampos, belum lama ini di Jakarta.
Dikatakan Mustofa, teroris di Paris ini diduga bersentuhan dengan intelejien Paris. Menurutnya, kemungkinan bom Paris terjadi disebabkan empat faktor: Pertama, intelijen kebobolan. Kedua, intelijen membiarkan. Ketiga, intelijen melibatkan dirinya, dan keempat, pelakukanya adalah intelijen itu sendiri.
“Kalau kebobolan tidak mungkin, karena di TKP ditemukan intelejen yang tewas. Kalau membiarkan, mungkin saja. Tapi dengan fakta yang ada, saya cenderung menduga intelijen sebagai pelaku dan pihak yang terlibat,” ungkap Mustofa menganalisa.
Mustofa mengatakan, bom Paris banyak faktornya. Terlebih Prancis punya musuh yang banyak. Entah karena persoalan bisnis, atau Proxy War.
Pola yang terjadi di Prancis, kata dia, pernah terjadi sebelumnya di AS. Tower yang hancur mengakibatkan perang melawan teroris.
Begitu juga bom Bali, dan kini Prancis. Anehnya bom itu terjadi dua kali. Sebelumnya terjadi penyerang terhadap Charlie Hebdo di Prancis. Bom Bali juga terjadi dua kali.
Lebih jauh Mustofa menjelaskan, tidak masuk akal jika ISIS bisa masuk ke Prancis, tanpa bantuan apapun yang memegang kunci keamanan.
“Saya yakin ada sentuhan intelejen Prancis yang mencoba untuk memasukkan kepentingan di Suriah. Setidaknya, Prancis punya alasan untuk memerangi Suriah,” tandasnya.
Mustofa tidak percaya, jika bom Paris dilakukan ISIS seperti yang diklaim sebelumnya. Klaim ISIS sebagai pihak yang terlibat, jangan langsung dipercaya, apalagi disampaikan melalui media sosial.
“Klaim-klaim itu jangan mudah dipercaya. Karena siapapun bisa mengklaim. Jangan sampai, klaim-klaim ini kemudian menjadi stereotype. Terlebih, tidak ada satu otoritas pejabat yang mengatakan langsung bahwa ini perbuatannya,” kata Mustofa.
Bom Paris di satu sisi menjadi pelajaran buat Prancis dan dunia lain. Dunia mengecam bom Paris, tapi jangan lupakan, bahwa teror terjadi di Suriah dan Palestina setiap hari.
“Seharusnya seluruh kepala negara melakukan yang sama, prinsip keadilan dan keseimbangan dalam sensitivitas sebagai sesama muslim dan sesama manusia harus dimiliki,” tandas Mustofa.
0 comments:
Post a Comment