Islamophobia di Balik Aksi Serangan Paris
JUM’AT (13/11) dunia dikagetkan dengan serangkaian aksi serangan di Paris. Hingga hari ini tercatat 129 korban meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Serangan tersebut pada mulanya terjadi di stadion Stade de France, Paris, saat ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan pertandingan sepak bola antara tim nasional Perancis dan Jerman.
Setidaknya enam tembakan dan tiga ledakan terjadi di sekitar stadion. Serangan juga terjadi di gedung konser Batacian yang memakan 112 orang korban. Rentetan serangan itu terjadi dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Peristiwa tersebut mengundang banyak perhatian dari masyarakat dunia. Pengguna media sosial berlomba-lomba mengungkapkan duka cita mereka di akun twitter dengan tagar #PrayForParis. Tagar tersebut sempat bertengger di puncak trending topics Twitter.
Dari pantauan situs Topsy.com, kicauan dari para nitizen yang menggunakan #PrayForParis pada senin (16/11) mencapai lebih dari 322 ribu tweet.
Bagi seorang muslim, turut menunjukkan keprihatinan atas peristiwa tersebut tidak salah. Namun, ada hal lain yang perlu diperhatikan juga, yaitu kelompok anti Islam yang menjadikan peristiwa ini sebagai momentum untuk meningkatkan kebencian terhadap Islam dan umat Islam.
Apalagi, selama ini, Islam dan umat Islamlah yang sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa pengeboman dan aksi teror yang terjadi di negara-negara Barat.
Surat kabar Wall Street Journal dalam terbitannya hari Senin (16/11) kemarin, memprediksi bahwa serangan tersebut pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh kelompok anti-pengungsi di negara-negara Uni Eropa untuk membatasi dan menolak para pengungsi.
Tentu saja pengungsi yang dimaksud adalah umat Islam yang berasal dari negara-negara konflik di Timur Tengah seperti Afghanistan, Palestina, Suriah dan negara konflik lainnya.
Menurut data PBB, Suriah merupakan negara Timur Tengah dengan jumlah pengungsi terbesar di dunia pada 2014.
Senada dengan Wall Street Journal, surat kabar The Guardian memprediksi, Uni Eropa akan segera mendesak dunia internasional untuk mengakhiri perang di Suriah yang akan memasuki tahun ke enam dalam hitungan beberapa bulan kedepan.
Tentu saja hal ini akan berdampak langsung pada meningkatnya jumlah arus pengungsi Suriah ke Eropa. Yang dikuatirkan adalah, ketika para anti-pengungsi (baca: anti-Islam) berhasil mendesak Uni Eropa untuk membatasi penerimaan para pengungsi Suriah.
Maka pengungsi Suriah yang notebene umat Islam nasibnya akan terombang-ambing seperti yang terjadi pada muslim Rohingya. Mereka tidak aman di negerinya sendiri akibat konflik. Mereka juga terlantar di negeri lain akibat penolakan.
Oleh karena itu, dalam melihat serangan Paris, bukan hanya keprihatinan saja yang seharusnya disampaikan, namun juga perlu ada kewaspadaan. Karena kelompok-kelompok anti Islam akan memanfaatkan setiap momentum untuk mencederai Islam dan umat Islam.
Allah SWT telah memperingatkan hal ini dalam QS Al-Baqarah: 120, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang sampai umat Islam mengikuti milah mereka.
0 comments:
Post a Comment