Leo, Pelaku Bom Alam Sutera Beragama Katolik, Bukan Teroris, Tidak di-Dor Ditempat
Ustadz Hafidin Achmad Luthfie
Karena pelaku terorisme beragama katolik maka dia tak disebut seorang teroris sebagaimana lazim diberikan media-media busuk, bayaran, dan pembenci Islam.
Karena pelaku bernama baptis, tak ada "abu" di depan namanya atau aliasnya, maka tak dikaitkan dengan lembaga pendidikan kristen atau katolik sebagaimana lazim dikaitkan dengan pesantren tertentu bila pelakunya muslim. Bahkan para pembenci Islam dan umatnya mengawasi pesantren dan memaksa pesantren merubah kurikulumnya.
Karena pelaku, sekali lagi, katolik, maka tak perlu membuat operasi penangkapan menjadi heroik dan heboh dengan diiringi tembak-menembak, pengerahan dalam jumlah besar untuk mengepung lokasi, dan juga penembakan di tempat secara biadab sebagaimana lazim mereka lakukan pada "teroris" muslim dengan dibumbui rekayasa cerita bahwa sang teroris katolik itu melawan sambil meneriakkan "haleluya" dan melemparkan bom.
Sang teroris dengan nama baptis itu sangat berbahaya. Sudah berkali-kali mau ngebom mal alam sutera. Dan teroris katolik dengan nama baptis itu disebut menggunakan teknologi bom terbaru. Pertanyaannya, mengapa penjahat besar itu tak dihabisi saja di tempat mengingat dia orang yang sangat berbahaya dan terbukti ngebom?! Sementara pada "teroris" muslim yang tidak terbukti ngebom pasukan densus bisa menjadi raja tega dan melakukan tindakan biadab.
Media-media tak sedikit pun mengaitkan teroris katolik dengan nama baptis itu dengan tindakan terorisme. Di sini tampak sekali bahwa media-media mainstream adalah media-media bayaran, tak punya moral, dan memihak ideologi-ideologi dan agama-agama tertentu.
Semoga dengan kejadian ini membuka kesadaran umat Islam bahwa mereka selama ini telah difitnah dan agama mereka telah dinistakan. Dan bahwa yang diperangi adalah agama Islam dan umat Islam.[]
*dari fb Hafidin Achmad Luthfie
___
Leo, Pelaku Bom Alam Sutera Beragama Katolik, Bukan Teroris, Tidak di-Dor Ditempat
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pengeboman Mal Alam Sutera tidak ada kaitannya dengan terorisme. ”Motifnya pemerasan, kriminal murni,” katanya dalam kunjungan ke Banda Aceh, Kamis, 29 Oktober 2015 seperti dikutip Tempo.
Menurut dia, sejauh ini belum bisa ditemukan adanya jaringan terorisme dalam kasus tersebut. Pelakunya juga sudah ditangkap. Dia sebelumnya sudah tiga kali melakukan percobaan pengeboman di mal yang sama. Tapi dua sebelumnya tidak sempat meledak.
Badrodin menambahkan, sebelum meletakkan bom, pelaku tersebut sudah mengirim e-mail ke pemilik mal untuk menyiapkan dana. ”Kalau tidak (diberi), akan diletakkan bom di situ. Motifnya pemerasan.”
Proses identifikasi tersangka, menurut dia, sudah dilakukan sejak dulu. Dari temuan bom kedua sudah diselidiki dan dideteksi dengan melihat CCTV di tempat kejadian dan sekitarnya. Polisi kemudian mengumpulkan bukti-bukti lain untuk menguatkan kecurigaan terhadap pelaku. ”Belum sampai bukti lain ditemukan, kemarin terjadi lagi,” ucapnya.
Ketika ditanya soal identitas pelaku, Kapolri enggan menjawab. Dia hanya mengatakan pelaku adalah pegawai perusahaan yang gedungnya berada di sebelah mal tersebut. ”Ini pemerasan karena kita sempat memasukkan uang Rp 1 juta,” tuturnya.
Sosok Pelaku Bom Alam Sutera
Berdasarkan informasi yang diperoleh CNN Indonesia, Leopard merupakan alumni STTIKOM Insan Unggul Jurusan Manajemen Informastik Konsentrasi Informatika & Komputer tahun 2005, lulus tahun 2008.
Leopard lahir di Rangkas Bitung, 3 Agustus 1986. Saat SMA, Leopard tercatat sebagai siswa di Krakatau Steel Cilegon lulus tahun 2005, dan sebelumnya menjadi siswa di SMP Mardi Yuana Cilegon. Dari data yang diperoleh, lelaki beragama Katolik ini tercatat tinggal di Perumahan Griya Serdang Indah Blok B16 Nomor 16, Cilegon, Banten, dan sudah menikah.
Polda Metro Jaya mengungkapkan, bom yang diduga diledakan Leopard menggunakan teknologi terbaru. Leopard yang kini ditetapkan tersangka disebut pernah membuat empat bom sebelum meledakannya di toilet mal tersebut.
Menurut Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti, polisi telah mendapatkan gambaran utuh mengenai latar belakang Leopard. “Pelaku sudah membuat lima bom, ada dua bom diledakan, dua bom gagal meledak, dan satu bom berhasil dijinakan,” ujar Krishna dalam konferensi pers di Markas Polda Metro Jaya, Kamis (29/10).
Bom yang disebut Krishna berhasil dijinakan adalah bom di Mal Alam Sutera sebelumnya yaitu 6 Juli 2015. Satu bom yang diletakan di mal yang sama bahkan pernah tak bisa meledak. Satu bom lain yang tidak meledak adalah di tong sampah, lagi-lagi di mal yang sama.
Leopard ditangkap di Kompleks Banten Indah Permai, Kota Serang, Banten, Rabu lalu (28/10). Bom disebut dirakit di dalam kamar tidur. [AW/Tempo, CNN]
Sumber: Panjimas
***
'Beruntung' si Leo, kalau dia beragama Islam apalagi namanya pake 'Abu' mungkin langsung di-dor ditempat.
0 comments:
Post a Comment