Ketika Umar bin Khatab Menerima Kunci Kota Yerussalem dari sang Pastor
Umar bin Khatab adalah orang yang paling berpengaruh urutan ke-52 di dunia menurut Michael H. dalam bukunya yang berjudul 100 Most Influential People in the World. Umar bin Khatab adalah seorang pria yang adil dan bijaksana. Bahkan kata-kata Umar bin Khatab tercatat dalam piagam PBB. Kata-kata itu berbunyi "Bagaimana mungkin kalian memperbudak seorang manusia sedangkan dia lahir dalam bebas?" Umar-lah yang pertama kali mengatakan itu. Dan dia menetapkan aturan-aturan yang penuh keadilan pada masa kekhalifahannya di Madinah. Jadi dia adalah pria yang terkenal karena kearifan dan keadilannya.
Sebelum menjadi Muslim, Umar terkenal sebagai orang yang bermegah-megahan dalam berpakaian. Dia adalah orang yang kaya raya. Dia juga bisa membaca (hanya sedikit yang bisa membaca di masanya). Namun setelah menjadi Muslim, Umar bin Khatab berubah menjadi orang yang sederhana. Bahkan dia mengorbankan hartanya untuk kepentingan Islam. Tubuhnya besar seperti raksasa. Jika dia duduk di atas seekor kuda, maka kakinya akan menyentuh tanah. Perawakannya terlihat menakutkan karena tubuhnya yang besar.
Ada kisah yang sangat menarik ketika Umar bin Khatab R.A datang ke Yerussalem. Masyarakat Yerussalem berada dalam suasana gegap-gempita untuk menyambut kedatangannya. Untuk mengambil kunci kota Yerussalem, diutuslah Abu Ubaidah Jarrah kesana mewakili Umar bin Khatab. Namun para petinggi Yerussalem memberitahu Abu Ubaidah Al-Jarrah "Kami tidak akan memberikan kuncinya kepadamu kecuali kepada pemimpinmu. Dia harus datang dan mengambilnya sendiri."
Dan Heraclius (kaisar Romawi) sudah menyiapkan pesta penyambutan untuk Umar bin Khatab R.A. Dia mengundang pastor Romawi, pastor Yerussalem, bahkan para pemimpin dari komunitas Yahudi ada disana. Heraclius juga membentangkan karpet merah untuk Umar bin Khatab yang panjangnya mencapai 2 kilometer. Dan sebelumnya, mereka juga telah mengundang dua orang jendral Muslim, yaitu Abu Ubaidah Al-Jarrah dan Amr bin al-'As R.A. untuk menyambut ketika Umar bin Khatab datang. Mereka juga mengirimkan unta kualitas terbaik untuk menjemput Umar bin Khatab. Mereka menghias tempat penginapan umat Muslim di Yerussalem. Bahkan mereka menyediakan pakaian spesial untuk dikenakan pada perayaan bersejarah ini. Mereka ingin memberikan sambutan yang mewah karena Umar bin Khatab dikenal sebagai orang yang bijaksana.
Jadi Umar bin Khatab bertanya kepada orang-orang Madinah "Haruskah aku kesana untuk mengambil kuncinya? Atau barangkali ini sebuah jebakan dimana aku akan dibunuh?" Karena bukan keputusan yang bijak untuk seorang pemimpin meninggalkan kotanya. Ketika sebuah kota ditaklukkan, sang Khalifah selalu tinggal di Madinah. Seorang khalifah tidak pernah meninggalkan kotanya sebelumnya. Namun penasihatnya berkata "Dalam hal ini, tidak apa-apa."
Jadi Umar pergi kesana dengan membawa satu pelayannya, dan mereka berdua menunggangi seekor unta. Dia membuat kesepakatan dengan pelayannya.
Umar berkata "Sepanjang jalan menuju ke sana, aku naik dalam setengah perjalanan dan kau yang menarik untanya. Kemudian kau yang naik dalam setengah perjalanan berikutnya dan aku yang akan menarik untanya."
Jadi mereka bergantian menaiki unta itu. Sebelum mereka sampai ke Yerussalem, Umar jatuh ke dalam kubangan lumpur, jadi pakaiannya berlumuran lumpur. Di pakaiannya juga terdapat 17 tambalan. Ketika Umar bin Khatab hampir sampai ke Yerussalem, pelayannya yang sedang berada di atas unta, dan Umarlah yang menarik untanya. Sementara itu para petinggi Yerussalem menunggunya dengan pakaian terbaik mereka. Mereka menunggunya untuk memberikan sambutan yang mewah.
Ketika mereka mulai berjalan di karpet merah yang dua kilometer panjangnya, pelayannya berkata "Kurasa waktunya kita bergantian sekarang."
Umar bin Khatab berkata "Kesepakatan masih tetap berlaku, sekarang masih giliranmu."
"Tapi kau akan menerima penyerahan kunci dari kota terhebat di dunia."
"Jangan, jangan... Kau tetap di untanya, dan kita akan tetap berjalan."
Umar bin Khatab berjalan menuntun untanya dan orang-orang menunggu untuk melihat siapa pemimpin besar umat Muslim. Ketika mereka melihat seseorang datang berlari dengan untanya, dengan 17 tambalan di pakaiannya, dan dipenuhi lumpur, mereka pun tercengang. Abu Ubaidah yang telah diundang sebelumnya sebagai bagian dari penyambutan merasa kesal karenanya. Dia minta izin untuk berbicara dengan Umar bin Khatab kepada Heraclius "Ada urusan yang perlu kuselesaikan dengan sang pemimpin sebelum dia datang mengambil kuncinya."
Abu Ubaidah menghampiri Umar dan berkata "Kau telah mempermalukan kita. Semua orang disini berpakaian bagus, kau harus menunjukkan bahwa kau adalah figur pemimpin yang kuat. Kau seharusnya memakai pakaian terbaikmu." Abu Ubaidah sebenarnya juga orang yang sederhana, namun dia menyadari bahwa dalam situasi ini, Umar harus memberi kesan kepemimpinan yang kuat.
Mendengar perkataan itu, Umar bin Khatab jadi kesal dan berkata "Kita adalah orang-orang yang diberikan kehormatan oleh Allah melalui iman dan Islam. Jika kita mencari kehormatan dengan cara lainnya, tentunya kita akan terhina."
Jadi dia mendapatkan kuncinya dari Heraclius dan orang-orang terkejut. Kemudian pastor Yerussalem bercerita sedikit tentang Yerussalem dan membawanya ke Gereja Kelahiran. Ketika mereka berada di dalam Gereja Kelahiran, adzan Dzuhur berkumandang. Pastor Yerussalem memberitahunya "Kenapa kau tidak shalat saja disini? Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami."
Umar bin Khatab berkata kepadanya "Tidak, karena aku takut umat Muslim pada generasi berikutnya mengklaim bahwa ini adalah masjid karena di tempat inilah aku shalat."
Dia tidak mau orang-orang mengklaim sebuah gereja sebagai masjid hanya karena dia pernah shalat disana, dia melakukannya karena ingin memberikan kehormatan dan hak kepada orang-orang.
Jadi dia keluar dari gereja, menuruni tangganya, dan shalat disitu. Dan 400 tahun kemudian, orang-orang membangun sebuah masjid disana yang bernama Masjid Umar. Jadi prediksi Umar benar.
Dia juga menetapkan aturan yang disebut pakta Umar, yang pada dasarnya menjamin semua hak masyarakat Yerussalem. Pakta Umar juga menjamin hak setiap orang untuk melaksanakan kepercayaannya masing-masing. Umat Kristen dan Yahudi hidup dengan damai, bahkan mereka juga diperbolehkan menghakimi satu sama lain dengan hukum mereka sendiri. Jadi mereka tidak tunduk dalam hukum Islam, semua orang mendapatkan keadilan disana. Bahkan jika suatu perkara sampai ke Umar, tentang pelanggaran dari seorang Kristen atau Yahudi, maka dia akan berkonsultasi dengan para pendeta atau rabbi, Umar akan menanyai mereka apakah ini diperbolehkan dalam keimanan mereka atau tidak.
Jadi kekhalifahan Islam menerapkan keadilan yang menyeluruh.
Sumber : http://lampuislam.blogspot.com/2013/09/ketika-umar-bin-khatab-menerima-kunci.html
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Sebelum menjadi Muslim, Umar terkenal sebagai orang yang bermegah-megahan dalam berpakaian. Dia adalah orang yang kaya raya. Dia juga bisa membaca (hanya sedikit yang bisa membaca di masanya). Namun setelah menjadi Muslim, Umar bin Khatab berubah menjadi orang yang sederhana. Bahkan dia mengorbankan hartanya untuk kepentingan Islam. Tubuhnya besar seperti raksasa. Jika dia duduk di atas seekor kuda, maka kakinya akan menyentuh tanah. Perawakannya terlihat menakutkan karena tubuhnya yang besar.
Ada kisah yang sangat menarik ketika Umar bin Khatab R.A datang ke Yerussalem. Masyarakat Yerussalem berada dalam suasana gegap-gempita untuk menyambut kedatangannya. Untuk mengambil kunci kota Yerussalem, diutuslah Abu Ubaidah Jarrah kesana mewakili Umar bin Khatab. Namun para petinggi Yerussalem memberitahu Abu Ubaidah Al-Jarrah "Kami tidak akan memberikan kuncinya kepadamu kecuali kepada pemimpinmu. Dia harus datang dan mengambilnya sendiri."
Dan Heraclius (kaisar Romawi) sudah menyiapkan pesta penyambutan untuk Umar bin Khatab R.A. Dia mengundang pastor Romawi, pastor Yerussalem, bahkan para pemimpin dari komunitas Yahudi ada disana. Heraclius juga membentangkan karpet merah untuk Umar bin Khatab yang panjangnya mencapai 2 kilometer. Dan sebelumnya, mereka juga telah mengundang dua orang jendral Muslim, yaitu Abu Ubaidah Al-Jarrah dan Amr bin al-'As R.A. untuk menyambut ketika Umar bin Khatab datang. Mereka juga mengirimkan unta kualitas terbaik untuk menjemput Umar bin Khatab. Mereka menghias tempat penginapan umat Muslim di Yerussalem. Bahkan mereka menyediakan pakaian spesial untuk dikenakan pada perayaan bersejarah ini. Mereka ingin memberikan sambutan yang mewah karena Umar bin Khatab dikenal sebagai orang yang bijaksana.
Jadi Umar bin Khatab bertanya kepada orang-orang Madinah "Haruskah aku kesana untuk mengambil kuncinya? Atau barangkali ini sebuah jebakan dimana aku akan dibunuh?" Karena bukan keputusan yang bijak untuk seorang pemimpin meninggalkan kotanya. Ketika sebuah kota ditaklukkan, sang Khalifah selalu tinggal di Madinah. Seorang khalifah tidak pernah meninggalkan kotanya sebelumnya. Namun penasihatnya berkata "Dalam hal ini, tidak apa-apa."
Jadi Umar pergi kesana dengan membawa satu pelayannya, dan mereka berdua menunggangi seekor unta. Dia membuat kesepakatan dengan pelayannya.
Umar berkata "Sepanjang jalan menuju ke sana, aku naik dalam setengah perjalanan dan kau yang menarik untanya. Kemudian kau yang naik dalam setengah perjalanan berikutnya dan aku yang akan menarik untanya."
Jadi mereka bergantian menaiki unta itu. Sebelum mereka sampai ke Yerussalem, Umar jatuh ke dalam kubangan lumpur, jadi pakaiannya berlumuran lumpur. Di pakaiannya juga terdapat 17 tambalan. Ketika Umar bin Khatab hampir sampai ke Yerussalem, pelayannya yang sedang berada di atas unta, dan Umarlah yang menarik untanya. Sementara itu para petinggi Yerussalem menunggunya dengan pakaian terbaik mereka. Mereka menunggunya untuk memberikan sambutan yang mewah.
Ketika mereka mulai berjalan di karpet merah yang dua kilometer panjangnya, pelayannya berkata "Kurasa waktunya kita bergantian sekarang."
Umar bin Khatab berkata "Kesepakatan masih tetap berlaku, sekarang masih giliranmu."
"Tapi kau akan menerima penyerahan kunci dari kota terhebat di dunia."
"Jangan, jangan... Kau tetap di untanya, dan kita akan tetap berjalan."
Umar bin Khatab berjalan menuntun untanya dan orang-orang menunggu untuk melihat siapa pemimpin besar umat Muslim. Ketika mereka melihat seseorang datang berlari dengan untanya, dengan 17 tambalan di pakaiannya, dan dipenuhi lumpur, mereka pun tercengang. Abu Ubaidah yang telah diundang sebelumnya sebagai bagian dari penyambutan merasa kesal karenanya. Dia minta izin untuk berbicara dengan Umar bin Khatab kepada Heraclius "Ada urusan yang perlu kuselesaikan dengan sang pemimpin sebelum dia datang mengambil kuncinya."
Abu Ubaidah menghampiri Umar dan berkata "Kau telah mempermalukan kita. Semua orang disini berpakaian bagus, kau harus menunjukkan bahwa kau adalah figur pemimpin yang kuat. Kau seharusnya memakai pakaian terbaikmu." Abu Ubaidah sebenarnya juga orang yang sederhana, namun dia menyadari bahwa dalam situasi ini, Umar harus memberi kesan kepemimpinan yang kuat.
Mendengar perkataan itu, Umar bin Khatab jadi kesal dan berkata "Kita adalah orang-orang yang diberikan kehormatan oleh Allah melalui iman dan Islam. Jika kita mencari kehormatan dengan cara lainnya, tentunya kita akan terhina."
Jadi dia mendapatkan kuncinya dari Heraclius dan orang-orang terkejut. Kemudian pastor Yerussalem bercerita sedikit tentang Yerussalem dan membawanya ke Gereja Kelahiran. Ketika mereka berada di dalam Gereja Kelahiran, adzan Dzuhur berkumandang. Pastor Yerussalem memberitahunya "Kenapa kau tidak shalat saja disini? Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami."
Umar bin Khatab berkata kepadanya "Tidak, karena aku takut umat Muslim pada generasi berikutnya mengklaim bahwa ini adalah masjid karena di tempat inilah aku shalat."
Dia tidak mau orang-orang mengklaim sebuah gereja sebagai masjid hanya karena dia pernah shalat disana, dia melakukannya karena ingin memberikan kehormatan dan hak kepada orang-orang.
Jadi dia keluar dari gereja, menuruni tangganya, dan shalat disitu. Dan 400 tahun kemudian, orang-orang membangun sebuah masjid disana yang bernama Masjid Umar. Jadi prediksi Umar benar.
Dia juga menetapkan aturan yang disebut pakta Umar, yang pada dasarnya menjamin semua hak masyarakat Yerussalem. Pakta Umar juga menjamin hak setiap orang untuk melaksanakan kepercayaannya masing-masing. Umat Kristen dan Yahudi hidup dengan damai, bahkan mereka juga diperbolehkan menghakimi satu sama lain dengan hukum mereka sendiri. Jadi mereka tidak tunduk dalam hukum Islam, semua orang mendapatkan keadilan disana. Bahkan jika suatu perkara sampai ke Umar, tentang pelanggaran dari seorang Kristen atau Yahudi, maka dia akan berkonsultasi dengan para pendeta atau rabbi, Umar akan menanyai mereka apakah ini diperbolehkan dalam keimanan mereka atau tidak.
Jadi kekhalifahan Islam menerapkan keadilan yang menyeluruh.
Sumber : http://lampuislam.blogspot.com/2013/09/ketika-umar-bin-khatab-menerima-kunci.html
0 comments:
Post a Comment